Saya menyukai dunia politik sejak SMA, ketika itu bermula saat Pemilu 1997 saya mengikuti kegiatan kampanye Golkar, PPP, dan PDI.
Lalu ketika terjadi krisis moneter pada 1998 saya makin mengikuti perkembangan politik melalui media massa.
Saya sering terlibat diskusi dengan para mahasiswa yang tergabung dalam Karang Taruna dan Remaja Masjid di lingkungan tempat tinggal.
Setelah lulus SMA saya mengambil kuliah jurusan Ilmu Politik di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta yang sebelumnya bernama Sekolah Tinggi Publisistik (STP).
Saya memilih berkuliah di kampus tersebut karena merupakan almamater dari musisi kenamaan Indonesia Iwan Fals.
Selain itu juga tempat lahirnya tokoh-tokoh Pers seperti Jacob Oetama (Kompas/Gramedia), Karni Ilyas (Tempo/SCTV/tvOne), Andy F Noya (Media Indonesia/MetroTV).
Sejak semester awal saya aktif di berbagai organisasi pergerakan kemahasiswaan yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai Sekretaris Jenderal Komisariat.
Lalu saya menjadi Sekretaris Jenderal Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik (HIMAPOL). Kemudian saya bergabung Lembaga Dakwah Kampus (LDK).
Pada 2001 saya terpilih sebagai Presiden Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa IISIP Jakarta. Kemudian saya tergabung dalam Presidium BEM se Indonesia pada 2002.
Saya lulus S1 pada 2003 dengan predikat Cumlaude. Kemudian saya bekerja menjadi jurnalis di harian politik Rakyat Merdeka (Jawa Pos Group).
Seiring perkembangan media digital, pada 2010 saya beralih menjadi editor di portal berita INILAH.COM. Bersamaan dengan itu saya menjadi konsultan media relation.
Pada 2012 saya beralih menjadi Staf Khusus Wakil Gubernur Jawa Barat dan juga Kolomnis tetap di media politik RMOL.
Kemudian pada 2014 saya menjadi Tenaga Ahli DPR RI sembari melanjutkan kuliah pasca sarjana di Universitas Nasional Jakarta program magister ilmu politik.
Sambil menyelesaikan kuliah, saya menerbitkan buku Bersaing atau Tenggelam; Indonesia Bukan Bangsa Kuli pada 2016.
Beberapa isu yang saya tangani sebagai Tenaga Ahli Ketua Komisi IX DPR RI adalah perlindungan pekerja migran, peredaran vaksin palsu, dan pelayanan kesehatan.
Saya lulus S2 pada 2017 dengan predikat Excellent (Sangat Memuaskan) dengan tesis berjudul Pemikiran Industrialisasi Inklusif Mohamad Hatta.
Atas saran peneliti utama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), tesis tersebut kemudian dijadikan buku dengan judul Siasat Bung Hatta; Reaktualisasi Pemikiran Ekonomi Politik.
Selain bekerja di Senayan, saya mendirikan Pusat Laboratorium Politik (Puslabpol) sebagai lembaga kajian berbagai fenomena politik di dalam dan luar negeri.
Beberapa kajian yang dilakukan Puslabpol kemudian dijadikan buku bunga rampai analisis ekonomi politik dengan judul Kuasa Kapital; Transaksi & Turbulensi Demokrasi.
Di sela-sela kegiatan kuliah dan bekerja, saya tetap aktif dalam kegiatan sosial masyarakat melalui Gerakan Pramuka.
Saya dilantik oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menjadi Andalan Nasional Bidang Kerjasama Dalam Negeri Kwarnas Pramuka pada 2018.
Saya melanjutkan kuliah doktoral kebijakan publik di Universitas Padjajaran Bandung pada 2019. Saya menulis disertasi tentang Evaluasi Kebijakan Moratorium Pekerja Migran ke Timur Tengah.
Saya berhasil mempertahankan disertasi saya dan lulus doktoral pada 2022 dengan predikat Excellent (Sangat Memuaskan).
Aktivitas politik saya semakin meningkat setelah saya menerima mandat sebagai Ketua Bintang Muda Indonesia Kabupaten Bandung pada 2021 dan Kepala Badan Komunikasi Strategis Partai Demokrat Jawa Barat pada 2022.
Saya bergabung sebagai kader Partai Demokrat sejak 2010, kemudian saya ikut membantu kampanye Dede Yusuf Macan Effendi sebagai caleg saat Pemilu 2014 dan Pemilu 2019.
Alhamdulillah, dengan strategi yang tepat dan perhitungan politik yang terukur, Dede Yusuf berhasil meraih suara terbanyak di Dapil Jawa Barat 2 (Kabupaten Bandung dan Bandung Barat).
Keberhasilan dalam dua pemilu itu menjadi pencapaian tersendiri bagi saya dalam mengembangkan kemampuan dan wawasan berpolitik baik di tingkat lokal maupun nasional. *