Oleh : M.A Hailuki
DUA kabar yang mengagetkan pekan lalu adalah rencana koalisi Partai Golkar dan Partai Demokrat serta bangkrutnya PT HM Sampoerna, salah satu produsen rokok kretek terbesar di Indonesia. Kedua kabar ini cukup mengagetkan, lantaran mengandung “element of surprise” alias unsur kejut cukup besar bagi masyarakat pemilih maupun konsumen rokok kretek.
Manuver Golkar dan Demokrat pekan lalu memang sangat menarik perhatian, Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie bergerak aktif menemui calon presiden PDIP, Joko Widodo di Pasar Gembrong, Jakarta Pusat pada Selasa (13/5/2014) sehingga mencuatkan kabar Golkar koalisi dengan PDIP. Sehari kemudian peta berubah, tatkala politisi yang akrab disapa Ical ini pun menemui Susilo Bambang Yudhono (SBY) selaku ketua umum Partai Demokat, Rabu (14/5/2014), sehingga memunculkan opsi koalisi membangun poros baru Golkar-Demokrat.
Peta makin menarik, Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Golkar dan Demokrat diselenggarakan di hari yang sama, Minggu (18/5/2015), di lokasi yang berdekatan, Golkar di Jakarta Convention Centre (JCC) sedangkan Demokrat di Hotel Sultan yang keduanya terhubung koridor bawah tanah menembus sisi utara komplek Senayan. Bahkan konon, SBY dan Ical berada di lantai yang sama di Hotel Sultan, sehingga makin memperkuat spekulasi koalisi.
Di tengah menguatnya wacana koalisi poros baru Golkar-Demokrat itu, Ical justru kembali bermanuver menemui Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri pada malam harinya, tak pelak isu Golkar akan berkoalisi dengan PDIP mengusung duet Jokowi dan Jusuf Kalla pun mengemuka lagi. Namun hanya dalam hitungan jam sinyal itu meredup setelah Sekretaris Jenderal PDIP Tjahjo Kumolo menyatakan, “No deal.”
Seperti karakter rokok kretek yang butuh waktu lebih lama dibanding rokok putih (filter) untuk dihisap, drama Golkar dan Demokrat tidak cepat selesai, bahkan ibarat menghisap rokok kretek, saat ini sedang nikmat-nikmatnya dihisap ketika konstelasi politik sudah memasuki menit-menit menentukan, yaitu ‘tikungan tajam’.
Apex Spot
Dalam arena sirkuit balap, tikungan tajam merupakan titik yang sangat menentukan bagi perebutan gelar juara, karena di tikungan itulah kerap terjadi salip-menyalip antar para pembalap untuk mengunci posisi mencapai garis finis. Tikungan tajam sangat disukai para pecinta sircuit race, karena tidak seperti drag race yang hanya saling kebut di jalur lurus, tapi di sisi lain, tikungan tajam sangat membahayakan karena kerap membuat pembalap terpeleset dan tersingkir keluar arena.
Dalam teknik membalap di tikungan, dikenal istilah “apex spot” yaitu titik terdalam pada sebuah tikungan lintasan, atau titik imajiner di puncak tikungan. Pada titik inilah perpindahan arah terjadi menuju fase exit run, seorang pembalap yang ingin membalap di tikungan tajam biasanya akan terlebih dulu mengambil bagian terluar dari lintasan (turning point) lalu masuk melalui “apex spot” kemudian melebar kembali ke arah luar lintasan (exit run) dan lanjut memacu kendaraan. Teknik ini diambil untuk memudahkan kendaran melesat setelah melewati tikungan, karena akselerasi keluar tikungan secara mulus merupakan poin utama untuk merebut dan mengunci posisi.
Golkar dan Demokrat sedang berada di tikungan tajam, apabila ingin mengubah keadaan, merebut posisi yang saat ini didominasi oleh polarisasi Jokowi dan Prabowo Subianto, maka keduanya harus berani melintasi apex spot dengan turning point dan exit run berakselerasi tinggi. Baik Ical maupun SBY sudah mendapat mandat penuh dari forum rakernas parpol masing-masing untuk membuat keputusan, berkoalisi membangun poros baru, berkoalisi dengan Jokowi dan atau Prabowo, atau netral.
Hal yang perlu dipahami, Ical dan SBY bukan politisi kemarin sore, keduanya mempunyai kualifikasi untuk membalap di tikungan. Namun yang menjadi pertanyaan, seberapa serius keduanya ingin mengubah keadaan, karena jika Golkar dan Demokrat berkoalisi dengan mengusung sosok yang memiliki daya ‘setrum’ tinggi, bukan tidak mungkin pemilihan presiden (pilpres) berlangsung dua putaran, Ical dan SBY menjadi unsur penentu kemenangan.
Kretek Filter
Bocornya data penyadapan National Security Agency (NSA) atas Biro Hukum Mayern Brown memunculkan dugaan pihak asing ingin menjatuhkan industri rokok kretek nasional dan memperkuat daya cengkram rokok putih (filter), Mayer Brown adalah penasihat hukum RI di World Trade Organization (WTO) dalam sengketa ekspor rokok kretek ke Amerika Serikat.
Bangkrutnya PT HM Sampoerna sungguh memprihatinkan, penutupan pabrik rokok kretek di Jember dan Lumajang, Jawa Timur, pada Jumat (16/5/2014) berakibat dirumahkannya tak kurang 4.900 pekerja harian dan borongan tetap terhitung efektif mulai 1 Juni 2014. Semenjak Sampoerna dibeli Philip Morris, perusahaan Amerika Serikat, nasib rokok kretek secara perlahan, kian hari kian dimatikan. Terlepas apapun alasan perusahaan, namun hal ini cukup mengagetkan masyarakat, mengingat kretek adalah produk ‘master piece’ Indonesia seperti Kuba dengan cerutunya.
Jika dianalogikan rokok kretek dan rokok putih yang mempunyai pangsa pasar masing-masing, calon presiden (capres) kretek adalah sosok yang dalam posisi tidak diuntungkan karena diserang dengan berbagai isu dan ancaman lebih membahayakan dibanding capres rokok putih yang lebih ‘sehat’ serta dapat diterima oleh pasar internasional.
Baik rokok kretek maupun rokok putih keduanya memang tidak baik untuk kesehatan, namun apabila konsumen menginginkan maka tetap akan dibeli jika ada di pasaran. Jika dikaitkan dengan berbagai isu, mulai dari capres titipan asing sampai pelanggaran hukum, Jokowi -karena diisukan sudah direstui Amerika Serikat dan sekutunya- maka sekilas tampak seperti rokok putih, sedangkan Prabowo mirip seperti rokok kretek. Apakah hasil akhir Pilpres akan seperti pertarungan rokok kretek dan rokok putih? Kita serahkan kepada konsumen dalam hal ini konstituen untuk menentukan pilihan.
Siapapun pemenang Pilpres, akan ditentukan juga oleh manuver Ical dan SBY di tikungan tajam, masih ada waktu untuk menentukan keputusan. Entah keduanya akan memilih rokok kretek, rokok putih atau rokok campuran kretek filter dan atau tidak merokok sekalian? Selamat menyaksikan.